Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh....
Pada
kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan hasil observasi saya dan
teman-teman sekelompok mengunjungi salah satu tempat wisata di Jakarta, yaitu “Taman
Ismail Marzuki”. Taman Ismail Marzuki merupakan salah satu tempat wisata
edukasi di Jakarta yang terletak di Jalan Cikini Raya No.73 Menteng Jakarta
Pusat. Taman Ismail Marzuki di dirikan pada tanggal 10 November 1968 oleh
Gubernur DKI Jakarta Bapak Ali Sadikin. luas areal Taman Ismail Marzuki adalah
± 72000 m2.
Bagian depan Taman Ismail Marzuki |
Historisnya
dulu Taman Ismail Marzuki merupakan eks Kebun Binatang milik Bapak Raden Saleh
seorang pelukis ternama, di hibahkan ke Pemerintah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta sebagai wadah para seniman untuk berkreatifitas, berekspresi dan
berprestasi dibidang seni. Taman Ismail Marzuki ini adalah merupakan wadah
pusat kesenian di Jakarta. Di kawasan Taman Ismail Marzuki ini terdapat gedung
Perpustakaan Daerah, Planetarium, Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Akademi
Jakarta, Institut Kesenian Jakarta dan Dewan Kesenian Jakarta. Planetarium dan
Observatorium Jakarta merupakan sarana wisata pendidikan yang menyajikan
pertunjukan / peragaan simulasi perbintangan atau benda-benda langit. Pengunjung
diajak mengembara di jagad raya untuk memahami konsepsi tentang alam semesta.
Kegiatan
yang diselenggarakan Planetarium dan Observatorium Jakarta adalah pelayanan
publik untuk mewujudkan kepedulian dan partisipasi kepada masyarakat terutama
pelajar/mahasiswa dalam pendidikan, khususnya membantu meningkatkan Ilmu
Pengetahuan Astronomi di luar kurikulum sekolah.
Rencana
awalnya, saya dan teman-teman saya ingin mengunjungi planetariumnya, namun
karena saat itu sedang dalam tahap perbaikan, jadi saya dan teman-teman saya
hanya menyusuri areal Taman Ismail Marzuki dan mengunjungi Exhibition Hall-nya saja. Kami kemudian masuk melalui pintu samping
gedung, karena pintu depannya tidak dibuka untuk umum. Saat masuk pertama kali
ke area Exhibition Hall kami harus
melewati lorong yang berisi artikel mengenai antariksa dan astronomi yang
terpampang di sepanjang lorong menuju Exhibition
Hall. Artikel tersebut membahas banyak hal, mulai dari komet, galaksi,
galaksi bima sakti, dan sebagainya. Komet merupakan sebutan lain dari bintang
berekor dimana komet berupa bongkahan es kotor (yang terdiri atas banyak unsur)
yang mengalami pemanasan, penguapan dan sublimasi saat mendekati matahari dan
terlihat terbakar saat bergesekan dengan atmosfer. Galaksi merupakan kumpulan
gugusan bintanng yang berjumlah ratusan bahkan milyaran bintang. Bentuk galaksi
itu sendiri banyak macamnya seperti spiral, spiral batang, ellipsoidal bahkan
tidak berbentuk sama sekali.
Lorong menuju Exhibition Hall |
Artikel mengenai komet |
Artikel mengenai Galaksi Bima Sakti |
Artikel mengenai Galaksi |
Saat
masuk Exhibition Hall kami disuguhkan
oleh miniatur bumi berdiameter + 2 m yang dapat perputar selayaknya bumi
yang rotasi dan berevolusi. Tepat di sebelah kiri mini earth tersebut terdapat rak kaca berisi Meteorit Pasuruan dan
tulisan berukuran besar mengenai Sejarah Astronomi Indonesia. Berikut merupakan
garis waktu bagaimana Sejarah Astronomi Indonesia tersebut:
Tahun
|
Sejarah
|
Tahun 800
|
Pembangunan Candi Borobudur menjadi penanda
lainnnya keberadaan astronomi di Indonesia. Stupa utama candi berfungsi
sebagai penanda waktu. Pembangunan candi tersebut memberi penegasan dan
petunjuk kemampuan nenek moyang dalam astronomi
|
Tahun 1288
|
Penggunaan astronomi secara praktis pada Masjid
Saka yang dibangun pada tahun 1288 Masehi berdasarkan posisi Matahari
menggunakan alat hitung kuno bernama Rubu’ Mujayyad untuk menghitung dan
memprediksi alat kiblat.
|
Tahun 1761
|
Gerrit de Haan (Kepala Departemen Pemetaan) di
Batavia dan Pieter Jan Soele (Kapten Kapal VOC) dan asistennya Johan Maurits
Mohr melakukan pengamatan transit Venus dan menerbitkan hasil pengamatannya
tersebut pada tahun 1763 berjudul “Observations of the 1761 and 1769 transits
of Venus from Batavia (Dutch East Indies)
|
Tahun 1765
|
Johan Maurits Mohr membangun observatorium pribadi
di Batavia dengan instrumen terbaik pada masanya dengan meulai mengamatan
astronomi dan meteorologi. Pembangunan tersebut dimulai pada tahun 1765 dan
selesai pada 1768. Namun, lima tahun kemudian observatorium Mohr hancur
karena gempa bumi dan catatan terakhir dicatat pada tahun 1844.
|
Tahun 1769
|
Mohr melakukan pengamatan transit Venus dan
transit Merkurius pada 10 November 1769.
|
Tahun 1920an
|
Perhimpunan Asronom Hindia Belanda
(Nederlandsch-Indische Sterrekundige Vereeniging /NISV) merasa kebutuhan akan
mendirikan observatorium di Indonesia. Pada tahun 1923-198 Bosscha
Sterrenwatch dibangun dan didanai oleh seorang tuan tanah di Malabar bernama
Karel Albert Rudolph Bosscha dan seorang pengusaha bernama Ursone.
|
Tahun 1951
|
Pada masa ini masih berkecamukanya PD II sehingga
membuat kegiatan observasi Bosscha di hentikan. NISV kemudian menyerahkan
Observatorium Bosscha kepada pemerintah RI yang saat itu merupakan bagian
dari Institut Teknologi Bandung. Tahun 1959 saat ITB didirikan, menjadi
tonggak berdirinya pendidikan astronomi di Indonesia yang ditandai dengan
dikukuhkannya G.B. van Albada sebagai Guru Besar Astronomi. Pendidikan Astronomi
di Indoensia bernaung di bawah Fakultas MIPA ITB.
|
Tahun 1962
|
Dibentuknya LAPAN (Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 236 tahun 1963 yang
bergerak dalam hal teknologi kedirgantaraan juga untuk memanfaatan sains
atmosefer, iklim, dan antariksa.
|
Tahun 1968
dan 1977
|
Planetarium Jakarta di resmikan sebagai mercusuar
pengenalan astronomi kepada republik di ibukota negara Indonesia. Pada tahun
1977 dibentuk Himpunan Astronomi Indonesia (HAI).
|
Tahun 1990an
|
Mahasiswa Astronomi ITB membentuk kelompok
pencinta astronomi untuk mewadahi penggemar antariksa di Bandung.
|
Pintu masuk Exhibition Hall |
The Mini Earth |
Artikel mengenai Sejarah Astronomi Indonesia |
Lanjutan artikel Sejarah Astronomi Indonesia |
Meterorit Pasuruan |
Disebelah
kanan mini earth terdapat artikel
raksasa yang terpampang pada dinding mengenai “Bumi Kita di Malam Hari”. Artikel
ini berisi mengenai ajakan untuk perpartisipasi dalam pencegahan polusi cahaya
dengan aktivitas GLOBE at NIGHT. Dengan
aktivitas tersebut kita sebagai masyarakat dapat menilai bagaimana kualitas
langit malam di lingkungan sekitar kita akibat pengaruh cahaya buatan yang
dibuat sedemikian rupa
Artikel Bumi Kita di Malam Hari |
Miniatur Saturn IB |
.
Setelah
itu, kami pun mulai menyusuri Exhibition
Hall tersebut. Bentuk Exhibition Hall
yang berbentuk setengah lingkaran cukup memudahkan kami jika suatu saat ingin
keluar ruangan, jadi tidak perlu pusing dan takut tersasar. Bagian interior
ruangan Exhibition Hall cukup unik,
karena pada pintu masuk ruangannya nya terdapat lantai bergambar rasi bintang
yang permukaannya lebih tinggi dari lantai dibawahnya dan pegangan besi di
salah satu sisinya.
Miniatur tata surya |
Lantai ruangan yang terdiri atas puluhan jenis rasi bintang |
Selain itu juga, terdapat tulisan berupa artikel mengenai
antariksa yang dipajang di sepanjang ruangan berbentuk setengah lingkaran
tersebut. Artikel-artikel tersebut diantaranya adalah bagaimana kondisi cuaca
di ruang angkasa, dampak cuaca antariksa terhadap bumi, tempatmu di alam
semesta, kalender fase bulan selama satu tahun, kehidupan bintang, teori Big
Bang, planet-planet dalam tata surya kita, asteroid, dan banyak macamnya.
Artikel mengenai Cuaca Ruang Angkasa |
Dampak Cuaca Antariksa Terhadap Bumi |
Artikel mengenai Tempatmu di Alam Semesta |
Artikel mengenai Kehidupan Bintang |
Artikel mengenai Teori Big Bang |
Artikel mengenai Asteroid |
Ada pula miniatur-miniatur tata surya yang
menempel di sisi-sisi dinding ruangan. Selain itu juga, terdapat dua diorama
dan koleksi-koleksi benda antariksa baik untuk pengamatan, alat-alat, dan
buku-buku mengenai antariksa itu sendiri.
Dua buah diorama dan masing-masing isinya |
Salah satu interior Exhibition Hall |
Setelah
dari ruangan tersebut, kami menjelajah ruangan disebelahnya. Ruangan ini
berukuran lebih besar dan biasanya diperuntukkan untuk orang banyak sebagai meeting point. Di sudut-sudut ruangan
ini juga terdapat beberapa koleksi mengenai dunia keantariksaan dan astronomi
juga diantaranya model pakaian astronot,
alat observasi astronomi berupa teleskop, Teleskop Celestron C6N
Advance, dan lukisan dinding mengenai sejarah astronomi pada zaman Romawi kuno.
Lukisan sejarah astronomi zaman Romawi Kuno |
Lukisan sejarah astronomi zaman Romawi Kuno 2 |
Teleskop Celestron C6N Advance |
Teropong |
Alat pengamatan astronomi |
Baju Astronot |
Meeting Point |
Demikian
mengenai hasil observasi saya, semoga bisa menambah refrensi pembaca untuk
berlibur di akhir pekan bersama keluarga, jika ada kesalahan baik dari tutur
kata maupun penulisan saya mohon maaf. Sekian dari saya.
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh....
Daftar
Pustaka:
Gambar:
Dokumentasi
kamera hp