Jumat, 14 April 2017

Observasi Lapangan : Taman Ismail Marzuki dan Planetarium Jakarta

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan hasil observasi saya dan teman-teman sekelompok mengunjungi salah satu tempat wisata di Jakarta, yaitu “Taman Ismail Marzuki”. Taman Ismail Marzuki merupakan salah satu tempat wisata edukasi di Jakarta yang terletak di Jalan Cikini Raya No.73 Menteng Jakarta Pusat. Taman Ismail Marzuki di dirikan pada tanggal 10 November 1968 oleh Gubernur DKI Jakarta Bapak Ali Sadikin. luas areal Taman Ismail Marzuki adalah ± 72000 m2.
Bagian depan Taman Ismail Marzuki

Historisnya dulu Taman Ismail Marzuki merupakan eks Kebun Binatang milik Bapak Raden Saleh seorang pelukis ternama, di hibahkan ke Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai wadah para seniman untuk berkreatifitas, berekspresi dan berprestasi dibidang seni. Taman Ismail Marzuki ini adalah merupakan wadah pusat kesenian di Jakarta. Di kawasan Taman Ismail Marzuki ini terdapat gedung Perpustakaan Daerah, Planetarium, Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Akademi Jakarta, Institut Kesenian Jakarta dan Dewan Kesenian Jakarta. Planetarium dan Observatorium Jakarta merupakan sarana wisata pendidikan yang menyajikan pertunjukan / peragaan simulasi perbintangan atau benda-benda langit. Pengunjung diajak mengembara di jagad raya untuk memahami konsepsi tentang alam semesta.
Kegiatan yang diselenggarakan Planetarium dan Observatorium Jakarta adalah pelayanan publik untuk mewujudkan kepedulian dan partisipasi kepada masyarakat terutama pelajar/mahasiswa dalam pendidikan, khususnya membantu meningkatkan Ilmu Pengetahuan Astronomi di luar kurikulum sekolah.
Rencana awalnya, saya dan teman-teman saya ingin mengunjungi planetariumnya, namun karena saat itu sedang dalam tahap perbaikan, jadi saya dan teman-teman saya hanya menyusuri areal Taman Ismail Marzuki dan mengunjungi Exhibition Hall-nya saja. Kami kemudian masuk melalui pintu samping gedung, karena pintu depannya tidak dibuka untuk umum. Saat masuk pertama kali ke area Exhibition Hall kami harus melewati lorong yang berisi artikel mengenai antariksa dan astronomi yang terpampang di sepanjang lorong menuju Exhibition Hall. Artikel tersebut membahas banyak hal, mulai dari komet, galaksi, galaksi bima sakti, dan sebagainya. Komet merupakan sebutan lain dari bintang berekor dimana komet berupa bongkahan es kotor (yang terdiri atas banyak unsur) yang mengalami pemanasan, penguapan dan sublimasi saat mendekati matahari dan terlihat terbakar saat bergesekan dengan atmosfer. Galaksi merupakan kumpulan gugusan bintanng yang berjumlah ratusan bahkan milyaran bintang. Bentuk galaksi itu sendiri banyak macamnya seperti spiral, spiral batang, ellipsoidal bahkan tidak berbentuk sama sekali.
Lorong menuju Exhibition Hall

Artikel mengenai komet

Artikel mengenai Galaksi Bima Sakti

Artikel mengenai Galaksi

Saat masuk Exhibition Hall kami disuguhkan oleh miniatur bumi berdiameter + 2 m yang dapat perputar selayaknya bumi yang rotasi dan berevolusi. Tepat di sebelah kiri mini earth tersebut terdapat rak kaca berisi Meteorit Pasuruan dan tulisan berukuran besar mengenai Sejarah Astronomi Indonesia. Berikut merupakan garis waktu bagaimana Sejarah Astronomi Indonesia tersebut:

Tahun
Sejarah
Tahun 800
Pembangunan Candi Borobudur menjadi penanda lainnnya keberadaan astronomi di Indonesia. Stupa utama candi berfungsi sebagai penanda waktu. Pembangunan candi tersebut memberi penegasan dan petunjuk kemampuan nenek moyang dalam astronomi
Tahun 1288
Penggunaan astronomi secara praktis pada Masjid Saka yang dibangun pada tahun 1288 Masehi berdasarkan posisi Matahari menggunakan alat hitung kuno bernama Rubu’ Mujayyad untuk menghitung dan memprediksi alat kiblat.
Tahun 1761
Gerrit de Haan (Kepala Departemen Pemetaan) di Batavia dan Pieter Jan Soele (Kapten Kapal VOC) dan asistennya Johan Maurits Mohr melakukan pengamatan transit Venus dan menerbitkan hasil pengamatannya tersebut pada tahun 1763 berjudul “Observations of the 1761 and 1769 transits of Venus from Batavia (Dutch East Indies)
Tahun 1765
Johan Maurits Mohr membangun observatorium pribadi di Batavia dengan instrumen terbaik pada masanya dengan meulai mengamatan astronomi dan meteorologi. Pembangunan tersebut dimulai pada tahun 1765 dan selesai pada 1768. Namun, lima tahun kemudian observatorium Mohr hancur karena gempa bumi dan catatan terakhir dicatat pada tahun 1844.
Tahun 1769
Mohr melakukan pengamatan transit Venus dan transit Merkurius pada 10 November 1769.
Tahun 1920an
Perhimpunan Asronom Hindia Belanda (Nederlandsch-Indische Sterrekundige Vereeniging /NISV) merasa kebutuhan akan mendirikan observatorium di Indonesia. Pada tahun 1923-198 Bosscha Sterrenwatch dibangun dan didanai oleh seorang tuan tanah di Malabar bernama Karel Albert Rudolph Bosscha dan seorang pengusaha bernama Ursone.
Tahun 1951
Pada masa ini masih berkecamukanya PD II sehingga membuat kegiatan observasi Bosscha di hentikan. NISV kemudian menyerahkan Observatorium Bosscha kepada pemerintah RI yang saat itu merupakan bagian dari Institut Teknologi Bandung. Tahun 1959 saat ITB didirikan, menjadi tonggak berdirinya pendidikan astronomi di Indonesia yang ditandai dengan dikukuhkannya G.B. van Albada sebagai Guru Besar Astronomi. Pendidikan Astronomi di Indoensia bernaung di bawah Fakultas MIPA ITB.
Tahun 1962
Dibentuknya LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 236 tahun 1963 yang bergerak dalam hal teknologi kedirgantaraan juga untuk memanfaatan sains atmosefer, iklim, dan antariksa.
Tahun 1968 dan 1977
Planetarium Jakarta di resmikan sebagai mercusuar pengenalan astronomi kepada republik di ibukota negara Indonesia. Pada tahun 1977 dibentuk Himpunan Astronomi Indonesia (HAI).
Tahun 1990an
Mahasiswa Astronomi ITB membentuk kelompok pencinta astronomi untuk mewadahi penggemar antariksa di Bandung.

Pintu masuk Exhibition Hall
The Mini Earth

Artikel mengenai Sejarah Astronomi Indonesia 

Lanjutan artikel Sejarah Astronomi Indonesia

Meterorit Pasuruan


Disebelah kanan mini earth terdapat artikel raksasa yang terpampang pada dinding mengenai “Bumi Kita di Malam Hari”. Artikel ini berisi mengenai ajakan untuk perpartisipasi dalam pencegahan polusi cahaya dengan aktivitas GLOBE at NIGHT. Dengan aktivitas tersebut kita sebagai masyarakat dapat menilai bagaimana kualitas langit malam di lingkungan sekitar kita akibat pengaruh cahaya buatan yang dibuat sedemikian rupa
Artikel Bumi Kita di Malam Hari

Miniatur Saturn IB
.
Setelah itu, kami pun mulai menyusuri Exhibition Hall tersebut. Bentuk Exhibition Hall yang berbentuk setengah lingkaran cukup memudahkan kami jika suatu saat ingin keluar ruangan, jadi tidak perlu pusing dan takut tersasar. Bagian interior ruangan Exhibition Hall cukup unik, karena pada pintu masuk ruangannya nya terdapat lantai bergambar rasi bintang yang permukaannya lebih tinggi dari lantai dibawahnya dan pegangan besi di salah satu sisinya. 
Miniatur tata surya

Lantai ruangan yang terdiri atas puluhan jenis rasi bintang

Selain itu juga, terdapat tulisan berupa artikel mengenai antariksa yang dipajang di sepanjang ruangan berbentuk setengah lingkaran tersebut. Artikel-artikel tersebut diantaranya adalah bagaimana kondisi cuaca di ruang angkasa, dampak cuaca antariksa terhadap bumi, tempatmu di alam semesta, kalender fase bulan selama satu tahun, kehidupan bintang, teori Big Bang, planet-planet dalam tata surya kita, asteroid, dan banyak macamnya.
Artikel mengenai Cuaca Ruang Angkasa

Dampak Cuaca Antariksa Terhadap Bumi

Artikel mengenai Tempatmu di Alam Semesta

Artikel mengenai Kehidupan Bintang

Artikel mengenai Teori Big Bang
Artikel mengenai Asteroid

  Ada pula miniatur-miniatur tata surya yang menempel di sisi-sisi dinding ruangan. Selain itu juga, terdapat dua diorama dan koleksi-koleksi benda antariksa baik untuk pengamatan, alat-alat, dan buku-buku mengenai antariksa itu sendiri.
Dua buah diorama dan masing-masing isinya












Salah satu interior Exhibition Hall

Setelah dari ruangan tersebut, kami menjelajah ruangan disebelahnya. Ruangan ini berukuran lebih besar dan biasanya diperuntukkan untuk orang banyak sebagai meeting point. Di sudut-sudut ruangan ini juga terdapat beberapa koleksi mengenai dunia keantariksaan dan astronomi juga diantaranya model pakaian astronot,  alat observasi astronomi berupa teleskop, Teleskop Celestron C6N Advance, dan lukisan dinding mengenai sejarah astronomi pada zaman Romawi kuno.
Lukisan sejarah astronomi zaman Romawi Kuno

Lukisan sejarah astronomi zaman Romawi Kuno 2

Teleskop Celestron C6N Advance

Teropong

Alat pengamatan astronomi 

Baju Astronot


Meeting Point

Demikian mengenai hasil observasi saya, semoga bisa menambah refrensi pembaca untuk berlibur di akhir pekan bersama keluarga, jika ada kesalahan baik dari tutur kata maupun penulisan saya mohon maaf. Sekian dari saya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

















Daftar Pustaka:

Gambar:
Dokumentasi kamera hp