Jumat, 10 Maret 2017

Cerita Rakyat Nusantara

Candi Prambanan menjelang malam hari



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..... Alhamdulillah wasyukurillah, akhirnya setelah sekian lama istirahat dari dunia penulisan *lho(?) pada kesempatan kali ini, yang kebetulan bertepatan dengan minggu-minggu awal saya dan teman-teman saya mulai memasuki semester 2 masa perkuliahan, dimana banyak orang yang berpendapat bahwa masa-masa ini merupakan ‘masa-masa emas’ untuk mendulang nilai IP (Indeks Prestasi) yang lebih tinggi, langsung saja izinkanlah saya menyampaikan beberapa gagasan dan beberapa hal mengenai cerita rakyat.
Cerita rakyat merupakan sebuah cerita yang diwariskan secara turun-temurun dengan bahasa lisan oleh suatu masyarakat tertentu dimana cerita tersebut menjadi ciri khas dari suatu tempat, budaya, dan adat istiadat lahirnya cerita tersebut. Ada berapa contoh cerita rakyat yang lazim dikenal banyak orang, khususnya kita sebagai orang Indonesia asli, seperti Ande-Ande Lumut, Malin Kundang, Sangkuriang, Legenda Danau Toba, Nyi Roro Kidul, dan lain-lain. Namun, pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan sebuah cerita berjudul “Roro Jonggrang”.

Beberapa kegiatan yang diadakan di Candi Prambanan; Sendratari Ramayana.

Alasan saya memilih cerita rakyat “Roro Jonggrang” ini karena cerita ini menceritakan mengenai asal-usul sebuah candi megah yang terletak di perbatasan Yogyakarta – Klaten dimana saya tertarik akan arsitektur dan cerita rakyat mengenai asal-usul candi ini. Candi Prambanan ini merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Asia Tenggara dan telah diakui oleh situs warisan dunia (UNESCO) sebagai cagar budaya yang harus kita lestarikan.
Candi Prambanan di malam hari

Cerita ini berawal pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja bernama Prabu Boko, dimana Raja Prabu Boko merupakan raja yang saat itu memerintah di Kerajaan Prambanan. Selain menjadi seorang raja, Prabu Boko merupakan seorang raksasa yang mempunyai kesaktian yang luar biasa. Tidak jauh dari Kerajaan Prambanan, terdapat pula sebuah kerajaan bernama Kerajaan Pengging. Di Kerajaan Pengging, hiduplah seorang pemuda bernama Jaka Bandung. Jaka Bandung saat itu sedang mencari sosok ayahnya yang sudah lama meninggalkannya. Dia tidak percaya akan perkataan ibunya yang mengatakan bahwa ayahnya sedang pergi mengembara untuk keperluan berdagang.
Karena hasratnya cukup besar untuk menemui ayahnya, dia kemudian ikut mengembara untuk menyusul ayahnya. Ditengah perjalanan, dia dihadang oleh sekumpulan perampok di bawah pimpinan Bandawasa. Bandawasa dan kawanannnya mengancam Jaka Bandung untuk menyerahkan semua harta yang dibawanya, jika tidak, nyawanya akan terancam. Mendengar hal itu, Jaka Bandung tidak menyerah begitu saja, maka terjadilah pertempuran sengit kedua pihak yang dimenangkan oleh Jaka Bandung. Sebagai tanda kekalahannya, demi menutupi rasa malunya Bandawasa kemudian perlahan pergi beserta kawanannya dan menjadi pertapa tanpa nama. Saat itu juga, Jaka Bandung mengganti namanya dari Jaka Bandung menjadi Bandung Bandawasa atas kemenangannya melawan Bandawasa.
Perjalanan Bandung Bandawasa tidak berakhir sampai disini. Bandung Bandawasa kemudian melanjutkan kembali perjalanannya. Saat tiba di Kerajaan Prambanan, dia terkejut melihat sebuah pertempuran sengit antara pasukan dari Kerajaan Prambanan melawan pasukan dari Kerajaan Pengging. Dia terkagum-kagum melihat sepasang laki-laki hebat yang sedang beradu kesaktian. Salah satu dari laki-laki itu terdesak, sehingga Bandung Bandawasa berniat ingin membantunya. Dia kemudian berpihak pada orang yang terdesak itu. Ternyata, orang yang selama ini dia bantu adalah ayah kandungnya sendiri bernama Damarmaya. Sambil melepas rindu, ayah anak ini kemudian berpelukan sambil menangis haru karena sudah lama tidak bertemu.
Bandung Bandawasa dan Damarmaya memutuskan untuk bersekutu untuk melawan Prabu Boko, sekaligus Raja Kerajaan Prambanan. Setelah pertempuran sengit ayah anak melawan Prabu Boko tersebut, kemenangan berada di pihak Bandung Bandawasa dan Damarmaya. Prabu Boko pun tewas dibunuh oleh pasukan ayah anak tersebut. Pertempuran tersebut terjadi karena pihak Kerajaan Pengging bermaksud untuk memperluas wilayah kekuasaannya namun karena wilayah tersebut juga berada di teritorial Kerajaan Prambanan dan pihak kerajaan merasa dikhianati, akhirnya pertempuran itu terjadi.
Kematian Prabu Boko akhirnya sampai ditelinga Roro Jonggrang. Roro Jonggrang adalah putri dari Prabu Boko. Roro Jonggrang sakit hati dan sedih atas kematian ayahnya itu. Hal itu lah yang membuat dia sangat membenci Bandung Bandawasa. Semenjak itu, tahta kerajaan jatuh ke tangan Bandung Bandawasa. Bandung Bandawasa kemudian memukul mundur pasukan Kerajaan Pengging pulang beserta Damarmaya, sementara Bandung Bandawasa tinggal di istana Kerajaan Prambanan.
Semenjak tinggal di istana, Bandung Bandawasa kemudian jatuh hati kepada Roro Jonggrang, yang tak lain merupakan anak dari Prabu Boko. Seolah tersihir akan kecantikannya, Bandung Bandawasa nekat meminta Roro Jonggrang untuk menjadi istrinya. Karena masih sakit hati akan perbuatan Bandung Bandawasa terhadap kematian ayahnya, Roro Jonggrang kemudian memutar otak untuk menolak permintaan tersebut secara halus. Bandung Bandawasa terus minta kepastian atas permintaannya untuk menikahi Roro Jonggrang, namun permintaan itu tidak digubrisnya.
Setelah berpikir dengan matang-matang, akhirnya Roro Jonggrang mengumpulkan keberanian untuk berbicara pada Bandung Bandawasa. Roro Jonggrang memberikan syarat kepada Bandung Bandawasa untuk membangun seribu candi dalam waktu satu malam, jika Bandung Bandawasa berhasil, Roro Jonggrang akan menyanggupi permintaannya. Bandung Bandawasa kemudian menyanggupi persyaratan Roro Jonggrang. Dengan berbekal kesaktian yang dimilikinya, Bandung Bandawasa kemudian mencari tanah lapang dan bersemedi untuk mengumpulkan makhluk-makhluk halus dan jin untuk membantunya membuat seribu candi tersebut.
Dari kejauhan, Roro Jonggrang terus mengamati pekerjaan Bandung Bandawasa dan pasukan makhluk halusnya, sebagian candi sudah mulai dibuat, hal itulah yang membuat Roro Jonggrang cemas. Tidak kehabisan akal, kemudian dia memerintahkan warga-warga sekitar untuk membakar jerami dan menabuh lesung. Api yang berasal dari bakaran jerami membuat suasana sekitar menjadi terang benderang, tabuhan lesung dan antan beradu membuat suasana sekitar menjadi gaduh sehingga mengganggu konsentrasi makhluk-makhluk halus tersebut, dan kemudan ayam jantan pun berkokok sebagai pertanda bahwa fajar telah menyingsing.
Bandung Bandawasa geram karena usahanya telah gagal dan dia juga telah mengetahui trik jahat dari Roro Jonggrang. Saat Roro Jonggrang menanyakan kabar candinya, Bandung Bandawasa meminta Roro Jonggrang untuk menghitung sendiri candinya. Saat dihitung, ternyata jumlahnya ada 999 candi. Pekerjaan Bandung Bandawasa dianggap gagal oleh Roro Jonggrang. Karena amarah yang sudah memuncak, akhirnya Bandung Bandawasa mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah arca dimana arca tersebut menggenapkan semua candi yang telah dibuatnya menjadi seribu candi. Hingga saat ini, arca Roro Jonggrang dapat kita lihat disalah satu candi utama di kompleks Candi Prambanan.
Arca Roro Jonggrang

Setiap cerita rakyat selalu sarat akan pesan moral yang terkandung di dalamnya untuk disampaikan kepada pembaca. Pesan moral dalam cerita ini adalah kepercayaan dan kesetiaan adalah sesuatu yang sangat berharga, karena kepercayaan dan kesetiaan tersebut dibentuk dalam waktu yang cukup lama namun membutuhkan waktu yang singkat untuk menghancurkannya. Selain itu juga, sebagai manusia yang tidak luput dari permasalahan, kita sebaiknya menyikapi semua permasalahan dengan kepala dingin dan tetap tenang. Jika tidak tenang dan cenderung terbawa emosi, kita seolah-olah akan membuat masalah tersebut menjadi lebih rumit dari sebelumnya. Cukup sekian dari beberapa gagasan saya mengenai cerita rakyat nusantara, semoga setiap cerita rakyat yang kita baca ini kita dapat mengambil hikmah yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga, saya selaku penulis artikel ini meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca jika terdapat kesalahan pada penulisan artikel ini, baik dari segi penulisan, penyampaian cerita yang cenderung bertele-tele, bahasa yang kurang sopan dan menyakiti hati, dan sebagainya. Akhir kata, cukup sekian.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....









Sumber:
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_0909633_chapter2(1).pdf
http://eprints.uny.ac.id/9841/3/BAB2%20-%2007203244027.pdf
Z, Rara. 2016. Kumpulan Dongeng Cerita Rakyat Nusantara. Jakarta: Bintang Ilmu.
Kak Dhilah, dan Kak Lina. 2016. Dongeng, Legenda & Cerita Rakyat Nusantara. Jakarta: Dua Media.
Ongky S., Na’an dan Fatiharifah. 2016. Dongeng Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Yogyakarta: Saufa Kid’s

Gambar:
Candi Prambanan pada petang: http://saka50ft.deviantart.com/art/A-Beautiful-Sunset-at-Candi-Prambanan-339526515
Sendratari Ramayana: http://www.info-jogja.com/2015/02/mewakili-indonesia-sendratari-ramayana.html
Arca Roro Jonggrang: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Durga_Loro_Jonggrang_copy.jpg
Candi Prambanan pada malam hari : https://www.initempatwisata.com/wisata-indonesia/jogjakarta/candi-prambanan-yogyakarta-candi-hindu-terbesar-di-asia-tenggara/3293/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar