Candi Prambanan menjelang malam hari |
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh..... Alhamdulillah wasyukurillah, akhirnya setelah
sekian lama istirahat dari dunia
penulisan *lho(?) pada kesempatan kali ini, yang kebetulan bertepatan dengan
minggu-minggu awal saya dan teman-teman saya mulai memasuki semester 2 masa
perkuliahan, dimana banyak orang yang berpendapat bahwa masa-masa ini merupakan
‘masa-masa emas’ untuk mendulang nilai IP (Indeks Prestasi) yang lebih tinggi,
langsung saja izinkanlah saya menyampaikan beberapa gagasan dan beberapa hal
mengenai cerita rakyat.
Cerita
rakyat merupakan sebuah cerita yang diwariskan secara turun-temurun dengan bahasa lisan oleh suatu
masyarakat tertentu dimana cerita tersebut menjadi ciri khas dari suatu tempat,
budaya, dan adat istiadat lahirnya cerita tersebut. Ada berapa contoh cerita
rakyat yang lazim dikenal banyak orang, khususnya kita sebagai orang Indonesia
asli, seperti Ande-Ande Lumut, Malin
Kundang, Sangkuriang, Legenda Danau Toba, Nyi Roro Kidul, dan lain-lain.
Namun, pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan sebuah cerita berjudul “Roro
Jonggrang”.
Beberapa kegiatan yang diadakan di Candi Prambanan; Sendratari Ramayana. |
Alasan
saya memilih cerita rakyat “Roro Jonggrang” ini karena cerita ini menceritakan
mengenai asal-usul sebuah candi megah yang terletak di perbatasan Yogyakarta –
Klaten dimana saya tertarik akan arsitektur dan cerita rakyat mengenai
asal-usul candi ini. Candi Prambanan ini merupakan kompleks candi Hindu
terbesar di Asia Tenggara dan telah diakui oleh situs warisan dunia (UNESCO)
sebagai cagar budaya yang harus kita lestarikan.
Candi Prambanan di malam hari |
Cerita
ini berawal pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja bernama Prabu Boko,
dimana Raja Prabu Boko merupakan raja yang saat itu memerintah di Kerajaan Prambanan.
Selain menjadi seorang raja, Prabu Boko merupakan seorang raksasa yang
mempunyai kesaktian yang luar biasa. Tidak jauh dari Kerajaan Prambanan,
terdapat pula sebuah kerajaan bernama Kerajaan Pengging. Di Kerajaan Pengging,
hiduplah seorang pemuda bernama Jaka Bandung. Jaka Bandung saat itu sedang
mencari sosok ayahnya yang sudah lama meninggalkannya. Dia tidak percaya akan
perkataan ibunya yang mengatakan bahwa ayahnya sedang pergi mengembara untuk
keperluan berdagang.
Karena
hasratnya cukup besar untuk menemui ayahnya, dia kemudian ikut mengembara untuk
menyusul ayahnya. Ditengah perjalanan, dia dihadang oleh sekumpulan perampok di
bawah pimpinan Bandawasa. Bandawasa dan kawanannnya mengancam Jaka Bandung
untuk menyerahkan semua harta yang dibawanya, jika tidak, nyawanya akan
terancam. Mendengar hal itu, Jaka Bandung tidak menyerah begitu saja, maka
terjadilah pertempuran sengit kedua pihak yang dimenangkan oleh Jaka Bandung. Sebagai
tanda kekalahannya, demi menutupi rasa malunya Bandawasa kemudian perlahan
pergi beserta kawanannya dan menjadi pertapa tanpa nama. Saat itu juga, Jaka
Bandung mengganti namanya dari Jaka
Bandung menjadi Bandung Bandawasa
atas kemenangannya melawan Bandawasa.
Perjalanan
Bandung Bandawasa tidak berakhir sampai disini. Bandung Bandawasa kemudian
melanjutkan kembali perjalanannya. Saat tiba di Kerajaan Prambanan, dia
terkejut melihat sebuah pertempuran sengit antara pasukan dari Kerajaan
Prambanan melawan pasukan dari Kerajaan Pengging. Dia terkagum-kagum melihat sepasang
laki-laki hebat yang sedang beradu kesaktian. Salah satu dari laki-laki itu
terdesak, sehingga Bandung Bandawasa berniat ingin membantunya. Dia kemudian
berpihak pada orang yang terdesak itu. Ternyata, orang yang selama ini dia
bantu adalah ayah kandungnya sendiri bernama Damarmaya. Sambil melepas rindu,
ayah anak ini kemudian berpelukan sambil menangis haru karena sudah lama tidak
bertemu.
Bandung
Bandawasa dan Damarmaya memutuskan untuk bersekutu untuk melawan Prabu Boko,
sekaligus Raja Kerajaan Prambanan. Setelah pertempuran sengit ayah anak melawan
Prabu Boko tersebut, kemenangan berada di pihak Bandung Bandawasa dan
Damarmaya. Prabu Boko pun tewas dibunuh oleh pasukan ayah anak tersebut. Pertempuran
tersebut terjadi karena pihak Kerajaan Pengging bermaksud untuk memperluas
wilayah kekuasaannya namun karena wilayah tersebut juga berada di teritorial
Kerajaan Prambanan dan pihak kerajaan merasa dikhianati, akhirnya pertempuran
itu terjadi.
Kematian
Prabu Boko akhirnya sampai ditelinga Roro Jonggrang. Roro Jonggrang adalah
putri dari Prabu Boko. Roro Jonggrang sakit hati dan sedih atas kematian
ayahnya itu. Hal itu lah yang membuat dia sangat membenci Bandung Bandawasa. Semenjak
itu, tahta kerajaan jatuh ke tangan Bandung Bandawasa. Bandung Bandawasa
kemudian memukul mundur pasukan Kerajaan Pengging pulang beserta Damarmaya,
sementara Bandung Bandawasa tinggal di istana Kerajaan Prambanan.
Semenjak
tinggal di istana, Bandung Bandawasa kemudian jatuh hati kepada Roro Jonggrang,
yang tak lain merupakan anak dari Prabu Boko. Seolah tersihir akan
kecantikannya, Bandung Bandawasa nekat meminta Roro Jonggrang untuk menjadi
istrinya. Karena masih sakit hati akan perbuatan Bandung Bandawasa terhadap
kematian ayahnya, Roro Jonggrang kemudian memutar otak untuk menolak permintaan
tersebut secara halus. Bandung Bandawasa terus minta kepastian atas
permintaannya untuk menikahi Roro Jonggrang, namun permintaan itu tidak
digubrisnya.
Setelah
berpikir dengan matang-matang, akhirnya Roro Jonggrang mengumpulkan keberanian
untuk berbicara pada Bandung Bandawasa. Roro Jonggrang memberikan syarat kepada
Bandung Bandawasa untuk membangun seribu candi dalam waktu satu malam, jika
Bandung Bandawasa berhasil, Roro Jonggrang akan menyanggupi permintaannya. Bandung
Bandawasa kemudian menyanggupi persyaratan Roro Jonggrang. Dengan berbekal
kesaktian yang dimilikinya, Bandung Bandawasa kemudian mencari tanah lapang dan
bersemedi untuk mengumpulkan makhluk-makhluk halus dan jin untuk membantunya
membuat seribu candi tersebut.
Dari
kejauhan, Roro Jonggrang terus mengamati pekerjaan Bandung Bandawasa dan
pasukan makhluk halusnya, sebagian candi sudah mulai dibuat, hal itulah yang
membuat Roro Jonggrang cemas. Tidak kehabisan akal, kemudian dia memerintahkan
warga-warga sekitar untuk membakar jerami dan menabuh lesung. Api yang berasal
dari bakaran jerami membuat suasana sekitar menjadi terang benderang, tabuhan
lesung dan antan beradu membuat suasana sekitar menjadi gaduh sehingga
mengganggu konsentrasi makhluk-makhluk halus tersebut, dan kemudan ayam jantan
pun berkokok sebagai pertanda bahwa fajar telah menyingsing.
Bandung
Bandawasa geram karena usahanya telah gagal dan dia juga telah mengetahui trik
jahat dari Roro Jonggrang. Saat Roro Jonggrang menanyakan kabar candinya,
Bandung Bandawasa meminta Roro Jonggrang untuk menghitung sendiri candinya. Saat
dihitung, ternyata jumlahnya ada 999 candi. Pekerjaan Bandung Bandawasa
dianggap gagal oleh Roro Jonggrang. Karena amarah yang sudah memuncak, akhirnya
Bandung Bandawasa mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah arca dimana arca
tersebut menggenapkan semua candi yang telah dibuatnya menjadi seribu candi. Hingga
saat ini, arca Roro Jonggrang dapat kita lihat disalah satu candi utama di
kompleks Candi Prambanan.
Arca Roro Jonggrang |
Setiap
cerita rakyat selalu sarat akan pesan moral yang terkandung di dalamnya untuk
disampaikan kepada pembaca. Pesan moral dalam cerita ini adalah kepercayaan dan
kesetiaan adalah sesuatu yang sangat berharga, karena kepercayaan dan kesetiaan
tersebut dibentuk dalam waktu yang cukup lama namun membutuhkan waktu yang
singkat untuk menghancurkannya. Selain itu juga, sebagai manusia yang tidak
luput dari permasalahan, kita sebaiknya menyikapi semua permasalahan dengan
kepala dingin dan tetap tenang. Jika tidak tenang dan cenderung terbawa emosi,
kita seolah-olah akan membuat masalah tersebut menjadi lebih rumit dari
sebelumnya. Cukup sekian dari beberapa gagasan saya mengenai cerita rakyat nusantara, semoga setiap cerita rakyat yang kita baca ini kita dapat mengambil hikmah yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga, saya selaku penulis artikel ini meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca jika terdapat kesalahan pada penulisan artikel ini, baik dari segi penulisan, penyampaian cerita yang cenderung bertele-tele, bahasa yang kurang sopan dan menyakiti hati, dan sebagainya. Akhir kata, cukup sekian.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
Sumber:
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_0909633_chapter2(1).pdf
http://eprints.uny.ac.id/9841/3/BAB2%20-%2007203244027.pdf
Z, Rara. 2016. Kumpulan Dongeng Cerita Rakyat Nusantara. Jakarta:
Bintang Ilmu.
Kak Dhilah, dan Kak Lina.
2016. Dongeng, Legenda & Cerita
Rakyat Nusantara. Jakarta: Dua Media.
Ongky S., Na’an dan
Fatiharifah. 2016. Dongeng Nusantara dari
Sabang sampai Merauke. Yogyakarta: Saufa Kid’s
Gambar:
Candi Prambanan pada
petang: http://saka50ft.deviantart.com/art/A-Beautiful-Sunset-at-Candi-Prambanan-339526515
Sendratari Ramayana: http://www.info-jogja.com/2015/02/mewakili-indonesia-sendratari-ramayana.html
Arca Roro Jonggrang: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Durga_Loro_Jonggrang_copy.jpg
Candi Prambanan pada
malam hari : https://www.initempatwisata.com/wisata-indonesia/jogjakarta/candi-prambanan-yogyakarta-candi-hindu-terbesar-di-asia-tenggara/3293/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar